RESENSI NOVEL PUTRI SIRKUS dan Lelaki Penjual Dongeng

RESENSI NOVEL 

Judul : Putri Sirkus dan Lelaki Penjual Dongeng
Judul Asli : The Ringmaster's Daughter
Pengarang : Jostein Gaarder
Penerjemah : A. Raharti Bambang
Penerbit : PT Mizan Pustaka
ISBN: 97897948872
Tebal : 259 halaman


Kisah ini adalah tentang Petter, seorang lelaki yang memiliki banyak sekali imajinasi. Imajinasi itu bahkan sampai merenggut ingatan Petter sendiri, hingga dia tidak mampu membedakan mana yang merupakan ingatan masa lalu mana yang hanya ada dalam benaknya saja. Anugerah ini tentu saja mengganggu Petter karena imajinasinya terus berkembang apabila tidak disalurkan. Petter memiliki gagasan serta ide tentang banyak sekali cerita, tapi dia tidak bisa membuat novel, karena bisa jadi ceritanya akan berkembang biak lebih rumit dan runyam apabila Petter mengembangkannya menjadi novel. Dia juga mengatakan bahwa kegiatan menulis menimbulkan pengaruh emosional. Petter tidak mau terjebak di dalamnya.

Alhasil, dia menemukan sebuah penyaluran dengan menjual ide serta gagasannya pada penulis novel. Ide ini kemudian akan berkembang menjadi Writer's Aid, sarana yang akan membantu setiap penulis dalam memecah kebuntuan dalam hal menulis cerita atau mengembangkan gagasan serta imajinasi menjadi sebuah novel. Petter menjual idenya, mulai dari yang terkecil, misalnya memberikan sebuah percakapan (yang ditukar dengan traktiran minuman), atau bahkan sinopsis lengkap yang berisi lembaran-lembaran detail cerita hingga tamat, (yang ini dihargai dengan uang yang lebih mahal, serta royalti sekian persen apabila nanti bukunya meledak di pasaran.)

Kehadiran Petter sebagai "pabrik ide" dalam khazanah kesusastraan Norwegia tentu saja sangat besar, Petter menyumbang banyak sekali peran yang mulanya tidak terendus sama sekali. Namun pada akhirnya, ada pula orang-orang yang mulai curiga. Pertama, adalah orang-orang yang pernah memakai jasanya, yang mengira bahwa mereka adalah pelanggan tunggal Petter tanpa mengetahui bahwa Petter memperlakukan hal yang sama kepada semua pelanggannya. Kedua, terlebih setelah Petter go internasional, dia menemukan bahwa ada kisah yang sama yang terbit dalam dua novel berbeda. Yang satu adalah pelanggannya di Writer's Aid, dan yang kedua adalah seseorang dengan nama samaran Wilhelmine Wittman. Siapakah sosok Wilhelmine Wittman ini? Apakah dia adalah Maria, seseorang dari masa mudanya yang begitu dicintainya dan hanya kepada Maria-lah Petter bercerita tentang kisah-kisah itu?

Petter juga mendapat ancaman dari orang-orang yang merasa karir kepenulisannya terancam dengan terbongkarnya siapa Petter dan Writer's Aid-nya.



Agaknya saya perlu mengulas si Petter dari masa kecil. Dia adalah seseorang yang penuh imajinasi dan memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Dia memiliki teman imajinasi yang kemudian keluar dari ruang imajinasinya. (Menurut Petter, Si Lelaki Semeter itu keluar begitu saja dari mimpi dan hadir dalam dunia nyatanya.) Petter kecil suka sekali 'menolong' teman-temannya untuk mengerjakan tugas. Nanti, dari aktivitasnya inilah si Petter dapat menganalisis dan mengklasifikasi karakter jejaring yang dia buat dalam Writer's Aid. 

Saat mulai dewasa, Petter mulai mendekati gadis-gadis, bukan atas dasar cinta, namun menurutnya, berkenalan dan mengajak kencan para gadis ini adalah sebagai kesenangan pribadi. Sampai ketika dia jatuh hati kepada Maria. Seseorang yang lebih tua darinya dan menurut Petter, lain daripada gadis-gadis lain yang dikenalnya. Kepada Maria inilah Petter banyak menceritakan kisah-kisah dalam dongengnya.

Suatu hari, Maria muncul dengan gagasan gila, bahwa gadis itu menginginkan anak dari Petter. Dan begitu Maria mendapatkan apa yang diinginkannya, ia pergi begitu saja dari kehidupan Petter. Ini akan memunculkan konflik pada saatnya nanti.


Sebenarnya, sepertiga kisah di bab akhir sudah ketahuan alurnya bagaimana. Tapi ya, membaca buku ini, selalu akan mendapatkan kejutan-kejutan dan selipan makna filosofis yang dalam. Benar-benar mengagumkan. Membaca novel karangan Jostein Gaarder bagi saya adalah sebuah garansi bahwa apa yang disuguhkan dalam ceritanya sangat menarik.

“Saya melihat dunia sebagai benda yang tidak nyata dan mengelabui kita. …
Telah kulihat nyaris segala hal. Satu-satunya yang tak mungkin kupahami adalah dunia itu sendiri. Terlalu luas. Terlalu sulit ditembus. Aku sudah sejak lama menyerah untuk memahaminya. Hanya itu saja lah yang menghalangiku merasa mendapat wawasan menyeluruh.” (halaman 117).

0 komentar:

Posting Komentar