Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image >

Resensi Cerpen Setangkai Bunga Bermahkota Biru

0 komentar

RESENSI CERPEN

1). Indentitas Cerpen
  • Judul Cerpen: Setangkai Bunga Bermahkota Biru
  • Nama Pengarang  Umar Said
  • Tempat Terbit: Yogyakarta
  • Tanggal Terbit: 5 April 2009
  • Jumlah Halaman: 3 Halaman
  • Jumlah kata-kata: 1253 kata
2). Sinopsis Cerpen
Puspita, seorang gadis yang banyak tahu akan tentang makna bunga mulai dari jenis bunga, makna tiap bunga yang ia kenal, warna bunga, dan semua bagian-bagian bunga ia dapat mengartikan setiap bagian dari bunga yang dikenalnya. Suatu hari ada seorang pria dengan sangat memprihatinkannya duduk disebuah taman bersama seorang adiknya yang bermain di taman ditaman tersebut. Puspita yang heran lantas menghampiri seorang pria yang tengah termenung juga. Kebetulan juga pria tersebut menyukai bunga walaupun ia sempat berkata “Aku juga tidak tahu kapan aku mulai menyukai bunga” pria itu berkata kepada Puspita tentang satu bunga yang pernah pria itu milikki, tanpa enggan Puspita menikmati cerita pria tersebut. Sekuntum bunga bukan anggrek dan bukan juga mawar. Puspita yang mendengarnya langsung seloroh saja bercerita tentang bunga anggrek sepengetahuannya; “Aku mengenal anggrek. Tahukah kau, anggrek adalah simbol cinta, kemewahan, dan keindahan.” Si pria hanya menjawab “aku tahu.” “Bangsa yunani menggunakan anggrek sebagai simbol kejantanan. Dan bangsa tiongkok percaya aroma anggrek berasal dari tubuh kaisar mereka. Jika anggrek muncul di mimpi seseorang, hal itu dipercaya sebagai simbol dari kebutuhan akan kelembutan, romantisme, dan kesetiaan. Bahkan anggrek jadi bahan baku utama dari ramuan cinta. Begitu dahsyat bukan?” Gadis itu panjang lebar menceritakan kembali tentang bunga anggrek. Lama-kelamaan si pria justru ingin mendengar tentang bunga mawar dan dengan senang hati Puspita bercerita; “Dari budaya barat, kita mengenal mawar sebagai cinta dan kecantikan,” imbuh si gadis. Bahkan di Inggris mawar dijadikan bunga nasional. Di Kanada, bunga mawar liar merupakan bunga provinsi Alberta. Di Amerika Serikat, bunga mawar merupakan bunga negara bagian Iowa, North Dakota, Georgia, dan New York. “Mawar merupakan lambang dunia!,” teriak gadis itu lantang bersemangat. Puspita melanjutkan; “Biasanya untuk menyatakan seberapa besar cinta. Satu tangkai berarti cintaku hanya untukmu seorang. Dua tangkai, kau dan aku saling mencintai. Tiga tangkai, aku cinta kamu. “Semakin banyak, semakin kuat maknanya.” 100 tangkai, jadilah pasangan yang mengasihi sampai lanjut usia. 144 tangkai, mencintaimu pagi hingga malam selama-lamanya. 365 tangkai, memikirkanmu setiap hari, mencintaimu setiap hari. Hingga 1001 tangkai yang melambangkan cinta selamanya.” Si pria hanya berkata “banyak sekali, aku hanya memiliki setangkai.” Dan pria itu menekankan bila pria itu memiliki satu tangkai bunga namun memiliki banyak makna akan bunganya itu, lebih dari seribu tangkai, dan mengartikannya sebagai Cinta Sepenuhnya ujar pria itu, seketika membuat Puspita diam. Kemudian si Gadis bertanya kepada si pria tentang apa warna bunga pria yang dimiliki pria itu, sempat tidak ada jawaban dari mulut si pria. Puspita berkata;”Aku paham tentang warna-warna bunga.” namun akhirnya si pria berkata “bungaku berwarna biru.” Namun Puspita tidak percaya dengan diperkuat dengan pengetahuaannya tentang warna bunga; “Di mawar saja, merah lambang cinta romantis. Putih, kesucian dan rahasia. Merah jambu, keanggunan dan kelembutan. Kuning, persahabatan dan kegembiraan. Jingga, hasrat dan semangat, cinta yang mulai tumbuh. Tak ada warna biru,” jelas gadis itu. namun pria itu bersikeras bila bunganya berwarna biru;
“Tapi aku ingat, bunga itu bermahkota biru.”
“Apakah kau merasa kehilangan? Seperti aku kehilangan makna warna biru.”
“Bisa jadi.”
“Jadi warna itu tinggal kenangan? Mengapa kau tak memanamnya lagi?”
“Tidak.”
“Mengapa?”
“Karena aku takkan menanam bunga yang telah layu.”
Si gadis menatap heran. Ia tak mengerti. Seharusnya bukankah pria itu bisa menanamnya lagi. Lelaki itu hanya menatap taman yang penuh dengan bunga putih. Namun setelah berpikir beberapa saat, si gadis baru mengerti. Tiba-tiba langit mendung. Suasana sedikit temaram. Romantis. Titik-titik gerimis menyirami. Sejuk rasanya. Tercium aroma wangi tanah.
“Dan sekarang inginkah kau memiliki bunga lagi?”
“Tentu saja.”
“Benarkah?”
“Benar. Kenapa tidak.”
“Jika ada bunga berwarna biru, benar mau?”
“Yakin. Mau.”
“Kau tahu namaku Puspita?”
“Iya. Aku tahu.”
“Tahukah kau maknanya?”
“Tidak. Memangnya?”
“Puspita itu bunga. Sekarang jadikan aku bungamu.”
Seketika si lelaki mengalihkan pandang dari taman. Bola matanya haru menatap tajam ke gadis bergaun biru itu.

3). Analisis Unsur Instrinsik
  • Tema : Bunga yang Melambangkan Cinta
  • Setting : Suatu sore yang mendung di suatu taman dengan penuh bunga putih
  • Alur : Campuran
  • Tokoh : Si Pria kaku dan Puspita, gadis banyak tahu tentang makna bunga
  • Perwatakan: Si Pria ( kaku dan banyak diam ), Puspita ( cerdas dan sangat ingin tahu )
  • Sudut Pandang : Pengarang sebagai orang ketiga yang banyak tahu
  • Amanat : “Segala sesuatu yang telah tercipta dalam kehidupan ini tidak dilahirkan begitu saja tanpa makna dan sebuah arti. Contoh ringanya setangkai bunga yang tiap-tiap bentuk, jumlah tangkai, warna mahkota, dan harumnya. Seperti yang Puspita ceritakan. Jadi, semua yang ada pada kehidupan kita ini memiliki artinya sendiri sama seperti manusia yang memiliki arti hidupnya masing-masing dengan bunganya masing-masing.”
4). Analisis Unsur Ekstrinsik
  • Nilai moral : cinta selalu membawa keindahan bagi setiap memilikinya beribu-ribu kali indahnya dari memiliki seribu tangkai bunga mawar.
  • Nilai sosial : semua hal yang telah tercipta memiliki maknanya sendiri-sendiri, tidak terlahir tanpa mempunyai maksud dan tujuannya.
5). Keunggulan Cerpen
  • Menawarkan banyak pengetahuan didalam isi cerita cerpen ini seperti halnya makna bunga-bunga yang indah.
  • Bahasanya yang ringan dan mudah dimengerti.
  • Tokohnya terdiri dari dua tokoh yang membuat cerita menjadi satu-kesatuan cerita yang padu, tanpa menghadirkan tokoh yang berlebihan didalam cerita.
  • Ceritanya menganut cerita yang mudah dipahami oleh kalangan remaja saat ini sehingga memungkinkan menarik minat baca kaum muda.
6). Kelemahan Cerpen
  • Cerita yang terlalu panjang dan menggantung.
  • Pembaca harus benar-benar mengerti jalan ceritanya karena pemikiran pengarang yang tinggi sehingga ceritanya sulit untuk dicerna.
7). Kesimpulan
“Berdasarkan dari keungglan dan kelemahan cerpen diatas, sebagai perensensi suatu bacaan menilai cerpen atau bacaan ini layak untuk di publikasikan di masyarakat.”

RESENSI NOVEL PUTRI SIRKUS dan Lelaki Penjual Dongeng

0 komentar

RESENSI NOVEL 

Judul : Putri Sirkus dan Lelaki Penjual Dongeng
Judul Asli : The Ringmaster's Daughter
Pengarang : Jostein Gaarder
Penerjemah : A. Raharti Bambang
Penerbit : PT Mizan Pustaka
ISBN: 97897948872
Tebal : 259 halaman


Kisah ini adalah tentang Petter, seorang lelaki yang memiliki banyak sekali imajinasi. Imajinasi itu bahkan sampai merenggut ingatan Petter sendiri, hingga dia tidak mampu membedakan mana yang merupakan ingatan masa lalu mana yang hanya ada dalam benaknya saja. Anugerah ini tentu saja mengganggu Petter karena imajinasinya terus berkembang apabila tidak disalurkan. Petter memiliki gagasan serta ide tentang banyak sekali cerita, tapi dia tidak bisa membuat novel, karena bisa jadi ceritanya akan berkembang biak lebih rumit dan runyam apabila Petter mengembangkannya menjadi novel. Dia juga mengatakan bahwa kegiatan menulis menimbulkan pengaruh emosional. Petter tidak mau terjebak di dalamnya.

Alhasil, dia menemukan sebuah penyaluran dengan menjual ide serta gagasannya pada penulis novel. Ide ini kemudian akan berkembang menjadi Writer's Aid, sarana yang akan membantu setiap penulis dalam memecah kebuntuan dalam hal menulis cerita atau mengembangkan gagasan serta imajinasi menjadi sebuah novel. Petter menjual idenya, mulai dari yang terkecil, misalnya memberikan sebuah percakapan (yang ditukar dengan traktiran minuman), atau bahkan sinopsis lengkap yang berisi lembaran-lembaran detail cerita hingga tamat, (yang ini dihargai dengan uang yang lebih mahal, serta royalti sekian persen apabila nanti bukunya meledak di pasaran.)

Kehadiran Petter sebagai "pabrik ide" dalam khazanah kesusastraan Norwegia tentu saja sangat besar, Petter menyumbang banyak sekali peran yang mulanya tidak terendus sama sekali. Namun pada akhirnya, ada pula orang-orang yang mulai curiga. Pertama, adalah orang-orang yang pernah memakai jasanya, yang mengira bahwa mereka adalah pelanggan tunggal Petter tanpa mengetahui bahwa Petter memperlakukan hal yang sama kepada semua pelanggannya. Kedua, terlebih setelah Petter go internasional, dia menemukan bahwa ada kisah yang sama yang terbit dalam dua novel berbeda. Yang satu adalah pelanggannya di Writer's Aid, dan yang kedua adalah seseorang dengan nama samaran Wilhelmine Wittman. Siapakah sosok Wilhelmine Wittman ini? Apakah dia adalah Maria, seseorang dari masa mudanya yang begitu dicintainya dan hanya kepada Maria-lah Petter bercerita tentang kisah-kisah itu?

Petter juga mendapat ancaman dari orang-orang yang merasa karir kepenulisannya terancam dengan terbongkarnya siapa Petter dan Writer's Aid-nya.



Agaknya saya perlu mengulas si Petter dari masa kecil. Dia adalah seseorang yang penuh imajinasi dan memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Dia memiliki teman imajinasi yang kemudian keluar dari ruang imajinasinya. (Menurut Petter, Si Lelaki Semeter itu keluar begitu saja dari mimpi dan hadir dalam dunia nyatanya.) Petter kecil suka sekali 'menolong' teman-temannya untuk mengerjakan tugas. Nanti, dari aktivitasnya inilah si Petter dapat menganalisis dan mengklasifikasi karakter jejaring yang dia buat dalam Writer's Aid. 

Saat mulai dewasa, Petter mulai mendekati gadis-gadis, bukan atas dasar cinta, namun menurutnya, berkenalan dan mengajak kencan para gadis ini adalah sebagai kesenangan pribadi. Sampai ketika dia jatuh hati kepada Maria. Seseorang yang lebih tua darinya dan menurut Petter, lain daripada gadis-gadis lain yang dikenalnya. Kepada Maria inilah Petter banyak menceritakan kisah-kisah dalam dongengnya.

Suatu hari, Maria muncul dengan gagasan gila, bahwa gadis itu menginginkan anak dari Petter. Dan begitu Maria mendapatkan apa yang diinginkannya, ia pergi begitu saja dari kehidupan Petter. Ini akan memunculkan konflik pada saatnya nanti.


Sebenarnya, sepertiga kisah di bab akhir sudah ketahuan alurnya bagaimana. Tapi ya, membaca buku ini, selalu akan mendapatkan kejutan-kejutan dan selipan makna filosofis yang dalam. Benar-benar mengagumkan. Membaca novel karangan Jostein Gaarder bagi saya adalah sebuah garansi bahwa apa yang disuguhkan dalam ceritanya sangat menarik.

“Saya melihat dunia sebagai benda yang tidak nyata dan mengelabui kita. …
Telah kulihat nyaris segala hal. Satu-satunya yang tak mungkin kupahami adalah dunia itu sendiri. Terlalu luas. Terlalu sulit ditembus. Aku sudah sejak lama menyerah untuk memahaminya. Hanya itu saja lah yang menghalangiku merasa mendapat wawasan menyeluruh.” (halaman 117).